Friday, March 8, 2013

"Konspirasi" Ibu dan Om (part 2)




(27 Februari 2012)
Hari pertama kerja aku sudah disibukkan dengan data-data yang harus diinput ke dalam komputer. Hari pertama yang melelahkan karena aku masih bingung dengan data yang harus kuinput. Kebayang kan, seorang sarjana gizi dihadapkan dengan data-data tentang tanah dan barang tambang lain. Bergelut dengan istilah-istilah tambang yang sama sekali asing di telinga, menghitung kadar H2O tanah,  dan membuat barcode.
Hari pertama saja aku sudah tidak betah bekerja, tapi keinginan untuk menjaga nama baik Om yang membuatku bertahan, hanya hingga kontrakku habis. Apalagi setelah aku tahu, ternyata dibalik kepergianku ke kendari ada konspirasi terselubung antara ibuku, Om dan tante. Yang ternyata dari awal niatnya memang ingin memasukkanku kerja, dengan menyiasatiku pura-pura memintaku ke kendari untuk menemani sepupuku, uma. Setidaknya aku berusaha untuk tidak membuat mereka kecewa dengan berusaha bertahan dan mencoba bekerja seperti yang mereka inginkan. Walaupun pada akhirnya aku tetap memutuskan akan berhenti, setidaknya aku sudah mencoba dan melakukan sebaik yang aku mampu.
Tidak butuh waktu yang lama, aku sudah mengerti dan mulai lancar mengerjakan tugasku. PakNicho juga senang dengan hasil kerjaku yang cepat dan rapi. Bahkan untuk masalah sertifikat (hasil analisa untuk client), Pak Nicho percayakan padaku untuk mengedit,menyusun dan mengirimkannya ke client. Sampai-sampai aku yang disuruh untuk membuatkan kontrak bila ada client yang baru. Aku mulai menikmati kerjaanku itu. Tapi seberapapun aku menikmatinya, akan sangat berbeda ketika yang aku lakukan sesuai dengan bidang ilmuku. Walaupun aku menikmati kerjaan ini, dan sudah merasa nyaman dengan teman-teman kerja yang lain yang sebagian besar adalah laki-laki dan hanya 3 perempuan termasuk aku, tapi aku tetap pada pendirianku. Aku tetap akan berhenti bila masa kontrakku berakhir. Ibu dan Om tidak tahu akan keinginanku berhenti bila masa kontrakku habis. Mereka pikir aku betah saja dengan pekerjaanku.
Hingga ketika pertengahan bulan Mei, dua pekan sebelum masa kontrakku habis. Aku memutuskan untuk memberitahu Om. Aku menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikannya.  Sebelumnya aku sudah menelpon ibu dan bapak. Menyampaikan tentang keinginanku yang berhenti bekerja dengan alasan aku tidak tidak bisa berlama-lama jauh dari mereka. Dan karena pekerjaanku yang sangat jauh dari bidang ilmuku. Ibu dan bapak tidak mempersoalkannya. Lega rasanya, setidakya aku sudah berusaha mencoba bekerja.
Malam itu, saat Om sedang duduk di teras depan, aku menghampiri dan memberitahukannya tentang keinginanku berhenti bekerja, dan tidak ingin melanjutkan kontrakku. Dengan tenang beliau menanyakan alasanku. Aku katakana bahwa aku rindu pada bapak dan tidak betah berpisah dari mereka. Omku tersenyum dan mengatakan “Bagaimana kamu bisa berhasil nantinya bila tidak sanggup jauh dari orangtua?”. Aku tidak peduli, pokoknya aku sudah bulat untuk berhenti. Aku tidak ingin jauh dari orangtua. Om memang tahu kalau aku sangat dekat dengan orangtuaku, khususnya kepada bapak. Beliau paham akan alasanku, seorang anak yang memang tidak pernah sangat jauh dari orangtuanya. Paling jauh pun ketika aku kuliah, hanya 4 jam perjalanan jauhnya dari kampung halamanku. Akhirnya Om ku bilang “Kamu sudah bilang sama Nicho?” aku bilang belum, karena kan sesuai kontrak memang aku hanya bekerja selama 3 bulan. Tapi kata Om, aku harus tetap mengajukan surat permohonan berhenti, agar kontrakku tidak diperpanjang. Lega rasanya mengetahui Omku tidak kecewa dengan keputusanku tersebut.
Paginya, kusampaikan pada Pak NIcho, beliau sangat terkejut. Sampai-sampai beliau menelpon Om ku untuk memastikan alasanku berhenti. Awalnya Pak Nicho tidak ingin melepaskanku, beliau merasa sulit menemukan penggantiku dalam waktu 2 pekan sebelum kontrakku habis. Tapi keputusanku sudah bulat, tidak ada yang bisa mencegahku berhenti. Walau pak nicho mengiming-imingiku dengan kenaikan gaji dan libur selama sepekan untuk menemui orangtuaku, jika rindu pada orangtuamenjadi alasanku untuk berhenti. Tapi aku sama seklai tidak peduli. Aku benar-benar ingin berhenti. Karena takut aku tidak diizinkan berhenti, aku memaksa Omku dan dengan memelas kukatakan pada beliau bahwa bagaimanapun caranya aku harus berhenti.
Alhamdulillah, aku diizinkan berhenti juga walau aku tahu, Pak Nicho agak sulit melepasku (weleh…). Dengan syarat aku harus mempersiapkan salah seorang temanku yang bekrja di sana untuk menggantiku sementara waktu hingga Pak Nicho menemukan penggantiku.
Aku masih ingat hari itu, 27 Mei 2012.. Hari yang telah kutunggu, bahkan saat hari pertama bekerja (^_^). Teman-teman kerja kaget, mengetahu kalau hari itu hari terakhirkubekerja. Bahkan mereka sampai mengira kalau Pak Nicho yang tidak memperpanjang kontrakku. Aku memang tidak memberi tahu alasaku yang sebenarnya kepada mereka kenapa aku berhenti.
Walaupun sebelumnya, pengalamanku bekerja merupakan konspirasi antara ibu, Om dan tante. Aku tetap merasa senang, walau akungnya aku tetap tidak bisa betah bekerja di sana. Waktu 3 bulan bekerja, memberikan banyak pengalaman dan ilmu, temanku pun bertambah. Pengalaman kerja 3 bulan itu, bergaul dengan teman-teman di sana, bukanlah waktu yang singkat untuk setidaknya ikut andil dalam caraku berpikir dan melihat dunia. Ada dunia lain yang kudapat, yang selama ini tidak kutemukan ketika masa kuliah ataupun ketika bersama orangtua. Tigabulan itu memberiku pengalaman yang baru dan penuh arti.
Bukankah setiap rencana ALLAH itu tidak ada yang sia-sia. Bahkan daun yang gugur, riak air, kepakan kupu-kupu pun memiliki arti. Tidak ada yang terjadi dengan sia-sia.


         
         
Karena  rencana ALLAH SWT (melalui perantara konspirasi Ibu dan Om), aku pun dapat mengatakan bahwa aku pernah ke Kendari.. ^_^