Pengalaman
pertamaku kerja, di sebuah perusahaan laboratorium tambang. Aku dengan latar pendidikan kesehatan (bidang
gizi) tidak pernah menyangka akan bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di
bagian lab tambang. Setelah menyelesaikan s1 Ilmu Gizi (September, 2011), aku
tidak terlalu memusingkan soal pekerjaan. Didukung oleh Bapak yang dari awal
memang tidak menuntutku untuk bekerja. Kata beliau “Nak, kamu itu cewek, jangan
terlalu memikirkan soal kerjaan. Bapak tidak menyekolahkanmu untuk mencari kerja,
tapi untuk menuntut ilmu. Agar kamu berpendidikan. Masalah kerja itu
belakangan. Apalagi tugas utama seorang
wanita itu menjadi ibu dan melayani suami”.
Bapak juga
pernah berkata, “Mumpung kamu belum nikah nak, tinggal saja di rumah. Karena
ketika kamu menikah, kamu akan menjadi milik suamimu. Dan bapak tidak akan bisa
selalu menikmati masakanmu”
Aku pun
merasa nyaman dengan statusku sebagai pengangguran. Hanya di rumah dan mengurus
kegiatan rumah sementara orangtua ke kantor. Aku menikmati menghabiskan malam
dengan menyusun menu yang akan kumasak untuk esok. Aku menikmati menyiapkan
sarapan, membuat nasi goreng makanan favorit ibu sebelum berangkat mengajar. Yang juga merupakan makanan favorit kakek
(ayah dari bapak). Aku menikmati membuat menu makan siang. Aku menikmati
menunggu ibu dan bapak pulang, berharap mereka akan senang dengan menu yang
kubuat untuk makan siang. Aku menikmati pekerjaan-pekerjaan rumah yang
kulakukan.
Hingga
ketika bulan februari, tanteku datang dan mengatakan kalau Omku sudah
memesankan tiket agar aku ke kendari 3 hari lagi. Pengasuh yang menjaga Uma
(sepupuku) berhenti bekerja, sehingga untuk sementara sambil menuggu pengasuh
baru aku yang akan menjaga anaknya. Dengan
senang hati aku mengiyakan, karena janjinya paling lama 2 pekan aku di sana.
Apalagi aku memang senang dengan anak-anak.
Di kendari,
aku lewati 2 pekan itu dengan tenang, tanpa khawatir. Melakukan rutinitas yang
sama. Menemani dan bermain dengan uma. Hingga ketika 2 pekan berlalu, tepat
hari ahad 26 feb 2012 Omku mengatakan berita itu.
Aku masih
ingat dengan jelas hari itu. Hari terakhir dari hari-hari yang tenang. Ba’da
maghrib, tiba-tiba Om bilang “Besok kamu masuk kerja nah Nur, gaji awalnya 1,5
juta per bulan. Tapi kontrak 3 bulan dulu”. Shock abizz. Aku kaget “ich, kan aku
tidak pernah bilang mau kerja?. Kenapa tidak bilang dulu? (dengan muka sedih)”.
Dan sambil berlalu, dengan senyum yang penuh arti Om cuma bilang “Sudahmi
kubilang sama bosmu. Nanti bos mu marah kalo tidak masuk besok”. Beliaupun meninggalkanku
dengan keheningan dan dalam kondisi yang masih shock dan tidak percaya dengan
apa yang barusan kudengar.
Awalnya aku
sempat menolak, tapi mengingat di luar sana begitu banyak orang yang berusaha
mencari kerja, sementara diriku dengan mudahnya tanpa megirim lamaran, tanpa
melewati tes wawancara langsung diterima bekerja. Itu semua karena Om. Nepotisme memang… Tapi dibalik itu aku merasa justru karena Om
percaya dengan kemampuanku sehingga beliau berani mengambil tindakan tersebut. Om
yang kutahu begitu menjaga nama baiknya,
bahkan tidak mengizinkan kami keluarganya untuk melamar bekerja di perusahaan
yang sama. Sementara aku, langsung dimasukkan kerja oleh Om. Ini membuatku agak
sedikit bangga (bukan bermaksud sombong), artinya beliau menaruh kepercayaan
akan kemampuanku (walau beda bidang ilmu, #gubrak).
Dengan
pertimbangan ingin menjaga nama baik dan kepercayaan Om, akhirnya aku menerima
juga (walau terpaksa, dengan muka sedih tentunya.. hehehehe) bekerja di
perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan
baru yang bergerak di bidang lab tambang.
27 februari 2012
Kuawali pagi
ini dengan kemalasan. Memikirkan bahwa hari ini aku akan memulai hari-hari yang
sibuk. Yah, bekerja.. aku bahkan tdak tau apa yang akan kukerjakan.
Mau tidak
mau hari ini aku harus masuk kerja. Hari pertama kerja, bagi sebagian orang
adalah hari yang dinantikan, tapi bagiku mendadak dan terpaksa. Mendadak
karena Om langsung memasukkanku kerja
tanpa membicarakannya terlebih dulu. Terpaksa karena lagi-lagi Om, aku tidak
ingin mengecewakan apalagi merusak nama baiknya dengan tidak menerima pekerjaan
itu. Walau pekerjaan itu jauh dari bidang ilmuku.
Dalam perjalanan
ke kantor diantar Om dan Tante, di dalam mobil aku bertanya “Nanti aku kerja
apa? Aku harus bagaimana?”. Dengan santainya Om bertanya ke Tante “apa ya Dek
(dek, panggilan Om kepada tante) nanti kerjanya Nur?”. Lho, jadi maksudnya Om
sendiri gak tau? Waduh, aku jadi semakin gugup saja. Dengan tenang tanteku
menjawab “Nanti kamu jadi data technition Nur. Tenang aja Nur, nanti aku juga
akan datang ke kantormu”. Tambah gusar diriku menerima kenyataan ternyata
kerjaku pun tidak jelas di sana, ditambah aku tidak sekantor dengan Om dan
tante. Aku bahkan tidak tahu apa nama perusahaan tempatku nanti akan bekerja.
Kami tidak langsung
menuju tempatku bekerja. Om dan tante harus langsung ke kantornya dulu. Jadi
dari kantor Om, aku diantar oleh supir menuju kantorku yang akhirnya kutau
bernama PT. MI. Untungnya pak supir itu sangat baik. Beliau mengantarku hingga
ke ruangan bos ku. Beliaupun
meninggalkanku di ruangan itu. Berdua dengan bosku.
Di ruangan
itu, aku takut-takut juga bila ingat cerita pak supir di mobil tadi tentang
bosku. Kesan pertama ketika melihat Pak Nicho (bosku) postur tubuhnya mirip
dengan Omku. Agak menakutkan untuk kesan pertama. Tapi setelah mulai mengobrol
ternyata Pak Nicho itu orangnya sangat
suka melucu, walau lebih sering menggunakan kata-kata yang agak seronok yang
menurutku lebih pantas didengar oleh orang yang sudah menikah. Agak mengganggu juga sich, dengan kebiasan
bosku yang suka bercanda yang membuatku tidak nyaman itu. Tapi yang jelas selama masa kontrak 3 bulan itu
aku harus bertahan dan betul-betul serius bekerja untuk menjaga nama baik Om.
Aku tidak ingin Om mendengar berita-berita yang kurang enak tentang kualitas
kerjaku nantinya. Biarlah Nepotisme Om kubayar dengan hasil kerja yang
memuaskan.
Lanjut ke Part 2..... ^_^
Lanjut ke Part 2..... ^_^
No comments:
Post a Comment