Friday, March 8, 2013

"Konspirasi" Ibu dan Om (part 1)


Pengalaman pertamaku kerja, di sebuah perusahaan laboratorium tambang.  Aku dengan latar pendidikan kesehatan (bidang gizi) tidak pernah menyangka akan bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bagian lab tambang. Setelah menyelesaikan s1 Ilmu Gizi (September, 2011), aku tidak terlalu memusingkan soal pekerjaan. Didukung oleh Bapak yang dari awal memang tidak menuntutku untuk bekerja. Kata beliau “Nak, kamu itu cewek, jangan terlalu memikirkan soal kerjaan. Bapak tidak menyekolahkanmu untuk mencari kerja, tapi untuk menuntut ilmu. Agar kamu berpendidikan. Masalah kerja itu belakangan.  Apalagi tugas utama seorang wanita itu menjadi ibu dan melayani suami”.
Bapak juga pernah berkata, “Mumpung kamu belum nikah nak, tinggal saja di rumah. Karena ketika kamu menikah, kamu akan menjadi milik suamimu. Dan bapak tidak akan bisa selalu menikmati masakanmu”
Aku pun merasa nyaman dengan statusku sebagai pengangguran. Hanya di rumah dan mengurus kegiatan rumah sementara orangtua ke kantor. Aku menikmati menghabiskan malam dengan menyusun menu yang akan kumasak untuk esok. Aku menikmati menyiapkan sarapan, membuat nasi goreng makanan favorit ibu sebelum berangkat mengajar.  Yang juga merupakan makanan favorit kakek (ayah dari bapak). Aku menikmati membuat menu makan siang. Aku menikmati menunggu ibu dan bapak pulang, berharap mereka akan senang dengan menu yang kubuat untuk makan siang. Aku menikmati pekerjaan-pekerjaan rumah yang kulakukan.
Hingga ketika bulan februari, tanteku datang dan mengatakan kalau Omku sudah memesankan tiket agar aku ke kendari 3 hari lagi. Pengasuh yang menjaga Uma (sepupuku) berhenti bekerja, sehingga untuk sementara sambil menuggu pengasuh baru aku yang akan menjaga anaknya.  Dengan senang hati aku mengiyakan, karena janjinya paling lama 2 pekan aku di sana. Apalagi aku memang senang dengan anak-anak. 
Di kendari, aku lewati 2 pekan itu dengan tenang, tanpa khawatir. Melakukan rutinitas yang sama. Menemani dan bermain dengan uma. Hingga ketika 2 pekan berlalu, tepat hari ahad 26 feb 2012 Omku mengatakan berita itu.
Aku masih ingat dengan jelas hari itu. Hari terakhir dari hari-hari yang tenang. Ba’da maghrib, tiba-tiba Om bilang “Besok kamu masuk kerja nah Nur, gaji awalnya 1,5 juta per bulan. Tapi kontrak 3 bulan dulu”. Shock abizz. Aku kaget “ich, kan aku tidak pernah bilang mau kerja?. Kenapa tidak bilang dulu? (dengan muka sedih)”. Dan sambil berlalu, dengan senyum yang penuh arti Om cuma bilang “Sudahmi kubilang sama bosmu. Nanti bos mu marah kalo tidak masuk besok”. Beliaupun meninggalkanku dengan keheningan dan dalam kondisi yang masih shock dan tidak percaya dengan apa yang barusan kudengar.
Awalnya aku sempat menolak, tapi mengingat di luar sana begitu banyak orang yang berusaha mencari kerja, sementara diriku dengan mudahnya tanpa megirim lamaran, tanpa melewati tes wawancara langsung diterima bekerja. Itu semua karena Om.  Nepotisme memang…  Tapi dibalik itu aku merasa justru karena Om percaya dengan kemampuanku sehingga beliau berani mengambil tindakan tersebut. Om yang kutahu begitu menjaga  nama baiknya, bahkan tidak mengizinkan kami keluarganya untuk melamar bekerja di perusahaan yang sama. Sementara aku, langsung dimasukkan kerja oleh Om. Ini membuatku agak sedikit bangga (bukan bermaksud sombong), artinya beliau menaruh kepercayaan akan kemampuanku (walau beda bidang ilmu, #gubrak).
Dengan pertimbangan ingin menjaga nama baik dan kepercayaan Om, akhirnya aku menerima juga (walau terpaksa, dengan muka sedih tentunya.. hehehehe) bekerja di perusahaan tersebut.  Sebuah perusahaan baru yang bergerak di bidang lab tambang.
27 februari 2012
Kuawali pagi ini dengan kemalasan. Memikirkan bahwa hari ini aku akan memulai hari-hari yang sibuk. Yah, bekerja.. aku bahkan tdak tau apa yang akan kukerjakan.
Mau tidak mau hari ini aku harus masuk kerja. Hari pertama kerja, bagi sebagian orang adalah hari yang dinantikan, tapi bagiku mendadak dan terpaksa. Mendadak karena  Om langsung memasukkanku kerja tanpa membicarakannya terlebih dulu. Terpaksa karena lagi-lagi Om, aku tidak ingin mengecewakan apalagi merusak nama baiknya dengan tidak menerima pekerjaan itu. Walau pekerjaan itu jauh dari bidang ilmuku.
Dalam perjalanan ke kantor diantar Om dan Tante, di dalam mobil aku bertanya “Nanti aku kerja apa? Aku harus bagaimana?”. Dengan santainya Om bertanya ke Tante “apa ya Dek (dek, panggilan Om kepada tante) nanti kerjanya Nur?”. Lho, jadi maksudnya Om sendiri gak tau? Waduh, aku jadi semakin gugup saja. Dengan tenang tanteku menjawab “Nanti kamu jadi data technition Nur. Tenang aja Nur, nanti aku juga akan datang ke kantormu”. Tambah gusar diriku menerima kenyataan ternyata kerjaku pun tidak jelas di sana, ditambah aku tidak sekantor dengan Om dan tante. Aku bahkan tidak tahu apa nama perusahaan tempatku nanti akan bekerja.
Kami tidak langsung menuju tempatku bekerja. Om dan tante harus langsung ke kantornya dulu. Jadi dari kantor Om, aku diantar oleh supir menuju kantorku yang akhirnya kutau bernama PT. MI. Untungnya pak supir itu sangat baik. Beliau mengantarku hingga ke ruangan bos ku.  Beliaupun meninggalkanku di ruangan itu. Berdua dengan bosku.
Di ruangan itu, aku takut-takut juga bila ingat cerita pak supir di mobil tadi tentang bosku. Kesan pertama ketika melihat Pak Nicho (bosku) postur tubuhnya mirip dengan Omku. Agak menakutkan untuk kesan pertama. Tapi setelah mulai mengobrol ternyata  Pak Nicho itu orangnya sangat suka melucu, walau lebih sering menggunakan kata-kata yang agak seronok yang menurutku lebih pantas didengar oleh orang yang sudah menikah.  Agak mengganggu juga sich, dengan kebiasan bosku yang suka bercanda yang membuatku tidak nyaman itu.  Tapi yang jelas selama masa kontrak 3 bulan itu aku harus bertahan dan betul-betul serius bekerja untuk menjaga nama baik Om. Aku tidak ingin Om mendengar berita-berita yang kurang enak tentang kualitas kerjaku nantinya. Biarlah Nepotisme Om kubayar dengan hasil kerja yang memuaskan.

Lanjut ke Part 2..... ^_^

No comments:

Post a Comment