Hari ini,
begitu membosankan rasanya….. tidak ada
kegiatan berarti yang kulakukan. Ditambah kondisi yang menuntutku untuk tidak
melakukan kegiatan ibadah seperti biasanya, menambah kebosananku pagi ini. Rutinitas
yang biasanya kulalui di kala subuh hingga dzuhur tak bisa kulakukan. Yang
kulakukan pagi ini hanya membaca buku untuk menghapus kebosanan. Bukannnya
menghilangkan bosan, aku malah tambah bosan membaca buku, karena ceritanya yang
menyedihkan.
Akhirnya dengan
malas kuambil handuk dan dengan setengah memaksakan diri aku keluar kamar untuk
mandi. Berusaha melawan kemalasanku hari ini. Selesai mandi, begitu masuk ke kamar
tiba-tiba mataku melihat ke arah jendela. Di depan jendela kamar, kuliat dua
pemandangan yang sangat jauh berbeda, sebuah tanah lapang dan sebuah bangunan
rumah…
Pemandangan yang
sering kuliat, di setiap pagi ketika kubuka jendela kamarku... Tapi hari ini
ada pemandangan yang berbeda. Kulihat di tanah lapang itu, ada seorang anak
kecil memakai jaket berwarna biru hitam, dan
topi. Mungkin usianya sekitar 10 – 13 tahun. Di saat seharusnya dia di sekolah, menuntut ilmu malah berada di
sana. Tapi yang kulihat sekarang justru seorang anak kecil yang sedang mencari-cari
sampah plastik bekas tempat minuman dan kardus. Aku tidak bisa berhenti memperhatikan
kelakuan anak itu. Tanpa menggunakan masker (penutup hidung), tanpa sarung
tangan dan tanpa rasa jijik mengacak-acak sampah mencari apa yang bisa dia
kumpulkan. Dia masukkan bekas minuman plastik itu ke dalam karung. Dia lipat
dengan rapi kardus itu dan dia susun di atas bekas minuman plastik itu. Dan
setelah terisi penuh dia ikat karung itu. Yang membuatku terharu caranya
melakukan semua itu dengan sungguh-sungguh. Begitu pelan dan rapi. Dia melakukannya
begitu tenang. Tidak ada rasa berat di wajahnya. Walau hanya sampah, tapi
caranya melakukan itu semua, seakan itu adalah pekerjaan yang menuntut kerapian
dan kesungguhan.. sementara diri ini, membuang sampahpun aku lakukan dengan
ogah, dengan hati yang berat. Sementara dia begitu sungguh-sunguh…
Di lain
sisi, di sebelah tanah lapang itu kulihat seorang laki-laki yang mungkin sudah
berumur 30 tahunan. Di jam segini, dimana seharusnya laki-laki seumurannya
sudah keluar mencari nafkah dia malah sedang asyik menelpon di lantai 2 rumahnya… Dari kamarku dapat kudengar apa yang dia
bicarakan dengan lawan bicaranya di telpon. Sepertinya lawan bicaranya adalah
seorang wanita. Terdengar dari percakapannya yang membuatku muak..
“sudah
makan??”
“sudah
mandi??”
Pembicaraan
yang memuakkan untuk seorang laki-laki usia 30 tahunan yang menurutku masih
menetap di rumah orangtua dan tidak memiliki pekerjaan malah memusingkan
dirinya dengan sudah atau tidaknya pacar atau apalah namanya itu mandi dan
makan. Kenapa hal seperti itu harus memusingkannya. Yang harusnya dia pusingkan
adalah mencari nafkah, berpikir apa yang bisa dia lakukan untuk membahagiakan
orang tuanya.
Sungguh
terbalik dengan anak kecil itu… di usianya yang masih belasan malah sibuk
mengais sampah hanya untuk makan. Entah apa dia masih sekolah atau tidak..
Dan aku….
Aku masih
saja diam di samping jendela melihat 2 manusia yang sangat berbeda kelakuannya.
Di tempatku berdiri kulihat anak kecil itu mulai bersiap mengangkat karung yang
berisi bekas minuman plastik dan kardus
yang tadi dia kumpulkan. Kulihat anak itu akan segera pergi. Dengan
tergesa-gesa kuambil rok, kudung dan kaos kakiku. Aku berlari ke luar kamar dan
berusaha memanggil anak kecil itu. Untungnya ia mendengarku. Kulambaikan
tanganku padanya, dengan wajahnya yang menyiratkan keanehan, “kenapa kakak ini
memaggilku?” mungkin itu yang ada di
benaknya.. Dengan langkah kakinya yang gontai ia melangkah ke arahku. Diam..
dia hanya diam ketika berada tepat di depanku. Kuulurkan tanganku sambil
berkata “ini dek” dengan senyum.. Dan kuliat di wajahnya yang tadinya heran
berubah menjadi senyuman. Dia ulurkan pula tangannya dan berkata “terima kasih”...
Banyak yang ingin kutanyakan padanya.. “siapa namanya, dimana dia tinggal, apa
dia masih sekolah??” tapi kuurungkan niatku untuk menahannya lebih lama. Takut
ia nanti akan kena hujan karena tampaknya langit semakin gelap. Kutahu waktu baginya sangat penting. Agar
tidak didahului oleh pemulung lain untuk menuju tempat sampah berikutnya..
Hari ini,
dari jendelaku kutemukan sesuatu yang baru. Betapa malunya diri ini yang sempat
merasa malas di pagi hari. Apa bedanya diriku dengan laki-laki itu yang diriku saja muak melihatnya..
Anak
berjaket biru, tanpa engkau sadari engkau telah memberi pelajaran yang sangat
berharga pagi ini. Terimakasihku, dan kudoakan engkau menjadi anak yang soleh
dan sukses nantinya. Sungguh beruntung orangtuamu, memiliki anak yang berbakti.
No comments:
Post a Comment